KLASIFIKASI
BUNYI SUPRASEGMENTAL, BUNYI PENGIRING, DIFTONG, KLUSER, SILABA
A. Bunyi Suprasegmental
1. Tinggi-rendah (nada, tona, pitch)
- Variasi pembeda makna disebut
tona yang ditandai dengan angka arab [1] untuk do, [2] untuk re, [3] untuk mi,
[4] untuk fa.
- Variasi nada pembeda maksud disebut intonasi, yang ditandai dengan [II] untuk datar turun, [//] untuk datar naik, [==] untuk datar tinggi.
2. Keras-lemah (tekanan, aksen, stress)
- Tekanan keras ditandai dengan [‘].
- Tekanan sedang ditandai dengan [¯].
- Tekanan lemah ditandai dengan [΄].
3. Panjang-pendek (durasi)
Bunyi panjang vokoid diberi tanda satuan mora, yaitu satuan waktu pengucapan, dangan tanda titik.
- Tanda [.] menandakan satu mora.
- Tanda [:] menandakan dua mora.
- Tanda [:.] menandakan tiga mora.
Bunyi-bunyi untuk kontoid diberi tanda rangkap dengan istilah geminat.
4. Kesenyapan (jeda)
Penghentian adalah pemutusan suatu arus bunyi-bunyi segmental keyika diujarkan oleh penutur. Kesenyapan awal dan akhir ujaran ditandai dengan palang rangkap memanjang [#], kesenyapan di antara kata ditandai dengan palang rangkap pendek [#], sedangkan kesenyapan di antara suku kata ditandai dengan palang tunggal [+].
- Variasi nada pembeda maksud disebut intonasi, yang ditandai dengan [II] untuk datar turun, [//] untuk datar naik, [==] untuk datar tinggi.
2. Keras-lemah (tekanan, aksen, stress)
- Tekanan keras ditandai dengan [‘].
- Tekanan sedang ditandai dengan [¯].
- Tekanan lemah ditandai dengan [΄].
3. Panjang-pendek (durasi)
Bunyi panjang vokoid diberi tanda satuan mora, yaitu satuan waktu pengucapan, dangan tanda titik.
- Tanda [.] menandakan satu mora.
- Tanda [:] menandakan dua mora.
- Tanda [:.] menandakan tiga mora.
Bunyi-bunyi untuk kontoid diberi tanda rangkap dengan istilah geminat.
4. Kesenyapan (jeda)
Penghentian adalah pemutusan suatu arus bunyi-bunyi segmental keyika diujarkan oleh penutur. Kesenyapan awal dan akhir ujaran ditandai dengan palang rangkap memanjang [#], kesenyapan di antara kata ditandai dengan palang rangkap pendek [#], sedangkan kesenyapan di antara suku kata ditandai dengan palang tunggal [+].
B.
Bunyi Pengiring
Bunyi pengiring adalah bunyi yang ikut serta muncul ketika bunyi utama dihasilkan. Koartikulasi atau artikulasi sertaan yaitu pengucapan dua bunyi yang berurutan secara tumpang-tindih yang kualitasnya berbeda dari deretan bunyi yang diucapakn secara normal atau sempurna. Bunyi-bunyi pengiring atau sertaan dapat dikelompokan sebagai berikut:
1. Bunyi efektif, [?V].
2. Bunyi klik, [Kk].
3. Bunyi aspirasi [Kh].
4. Bunyi eksplosif (bunyi lepas).
5. Bunyi retrofleksi, [Kr].
6. Bunyi lanialisasi, [Kw].
7. Bunyi palatallisasi, [Ky].
8. Bunyi glotalisasi, [V?].
9. Bunyi nasalisasi, [mb], [nd], atau [ng].
Bunyi pengiring adalah bunyi yang ikut serta muncul ketika bunyi utama dihasilkan. Koartikulasi atau artikulasi sertaan yaitu pengucapan dua bunyi yang berurutan secara tumpang-tindih yang kualitasnya berbeda dari deretan bunyi yang diucapakn secara normal atau sempurna. Bunyi-bunyi pengiring atau sertaan dapat dikelompokan sebagai berikut:
1. Bunyi efektif, [?V].
2. Bunyi klik, [Kk].
3. Bunyi aspirasi [Kh].
4. Bunyi eksplosif (bunyi lepas).
5. Bunyi retrofleksi, [Kr].
6. Bunyi lanialisasi, [Kw].
7. Bunyi palatallisasi, [Ky].
8. Bunyi glotalisasi, [V?].
9. Bunyi nasalisasi, [mb], [nd], atau [ng].
C.
Diftong dan Kluster
Perangkapan bunyi disebut diftong, sedangkan perangkapan bunyi kontoid disebut kluster.
1. Diftong
a) Diftong menurun
b) Diftong menaik
2. Kluster
a) Jika kluster terdiri atas dua kontoid, yang berlaku adalah:
- Kontoid pertama hanyalah sekitar [p], [b], [t], [d], [k], [g], [f], dan [s];
- Kontoid kedua hanyalah sekitar [l], [r], [w], [s], [m], [n], dan [k].
b) Jika kluster atas tiga kontoid, yang berlaku adalah:
- Kontoid pertama selalu [s];
- Kontoid kedua [t] atau [p];
- Kontoid ketiga [r] atau [l].
D. Silaba (Suku Kata)Perangkapan bunyi disebut diftong, sedangkan perangkapan bunyi kontoid disebut kluster.
1. Diftong
a) Diftong menurun
b) Diftong menaik
2. Kluster
a) Jika kluster terdiri atas dua kontoid, yang berlaku adalah:
- Kontoid pertama hanyalah sekitar [p], [b], [t], [d], [k], [g], [f], dan [s];
- Kontoid kedua hanyalah sekitar [l], [r], [w], [s], [m], [n], dan [k].
b) Jika kluster atas tiga kontoid, yang berlaku adalah:
- Kontoid pertama selalu [s];
- Kontoid kedua [t] atau [p];
- Kontoid ketiga [r] atau [l].
Satuan kenyaringan bunyi yang diikuti dengan satuan denyutan dada yang menyebabkan udara keluar dari paru-paru disebut satuan silaba atau suku kata. Sebagian besar struktur suku kata terdiri atas satu bunyi sonor yang berupa vokoid, baik tidak didahului dan diikuti kontoid, didahului dan diikuti kontoid, didahului kontoid saja, atau diikuti oleh kontoid saja.
Penyukuan atau silabisasi bisa dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Silabisasi fonetis adalah penyukuan kata yang didasarkan pada realitas pengucapan yang ditandai oleh satuan hembusan napas dan satuan bunyi sonor.
2. Silabisasi fonemis adalah penyukuan kata yang didasarkan pada struktur fonem bahasa yang bersangkutan.
3. Silabisasi morfologi adalah penyukuan kata yang memperhatikan proses morfologis ketika kata itu dibentuk.
No comments:
Post a Comment